Kenapa kita tidak memandang diri kita sebagai HAMBA. Hamba yang jiwanya Allah ilhamkan dengan kefujuran (keburukan) dan ketaqwaan. Bahkan kecenderungan kita kepada kefujuran itu kata Ibnu Jauzi seperti air yang menuruni bukit sedangkan kecenderungan pada ketaqwaan ini seperti air yang menaiki bukit hingga memerlukan satu tenaga tambahan untuk naik keatas. Tidakkah kita menyedari bahwa sedikit saja kelalaian kita dalam mengingati Allah akan mendekatkan kita pada kefujuran lalu kita akan kjatuh kelembah maksiat dan dosa. Oleh itu, bukankah kita perlu sibukkan diri kita dengan taubat kepada Allah SWT. Bukankah kita juga perlukan sibukkan diri dengan doa agar kita mampu mendaki kebaikan yang akan mendekatkan kita pada Allah SWT.
Janganlah pula kelemahan diri yang banyak menjadikan kita lupakan kebaikan Allah SWT terhadap kita hingga kita melihat diri kita ini tidak berguna lalu kita duduk menyalahkan diri kita sendiri. Mustahil Allah jadikan kita tanpa satupun kebaikan hingga kita tidak mampu melakukan apa-apapun. setiap kita telah Allah sediakan kebaikan yang banyak, cuma bagaimana kita menggali keluar segala potensi yang kita miliki lalu kita bersihkan dan kita gilapkan.
Kelemahan itu sebahagian dari diri tetapi bukan keseluruhannya. Kelemahan itu adalah sebahagian yang Allah sediakan sebagai peluang untuk kita mujahadah dan Allahpun tidak biarkan kita bersendirian bahkan Allah sentiasa bersedia mendengar doa dan munajat kita memohon kekuatan dariNya. Kelemahan juga adalah pintu masuk syaithan kedalam jiwa kita lalu dibisikkannya keraguan, kekecewaan, kegelisahan dan keputus asaan. Sentiasalah kita mujahadah diri disamping berdoa kepada Allah dalam setiap detik yang kita lalui. Sambutlah segala kegelisahan hati dengan ISTIGHFAR bukan keluhan, rawatlah segala kekecewaan dengan DOA dan gantikan keputus asaan kita dengan HARAPAN.
Janganlah kita berpuus asa dari hidayah Allah SWT. Bagi jiwa-jiwa yang merasakan dirinya terlalu lemah dan sering melakukan dosa, saya ingin sampaikan satu berita gembira bahawa Allah tidak pernah melupakan kita bahkan begitu rindukan doan dan taubat kita.
“Allah lebih gembira menerima taubat hambaNya daripada hamba yang berjalan di padang pasir, lalu ia kehilangan kenderaannya yang memuatkan makanan dan minumannya. Ia menyangka akan mati, lalu ia menggali lubang, dan tidur di dalamnya sambil berkata,’Aku akan tidur di dalam lubang ini sehinggalah kematian datang menjemput’ Tiba-tiba kenderaan dan makanan yang ia bawa berada di atasnya.’Sampaikan ia berkata, ‘Ya Allah Kau hambaku, dan aku TuhanMu.(sampai tersalah kata akibat terlalu gembira) Maka Allah lebih gembira menerima taubat hambaNya daripada kegembiraan hamba tadi. (Hadith riwayat Bukhari dan Muslim)
No comments:
Post a Comment